
Mojokerto, Siagakota.net – Dalam rangka mempererat tali silaturahmi dan mendoakan para leluhur, Paguyuban Rutinan Khotmil Qur’an Makam Umum Banjarsari menggelar kegiatan doa bersama dan kenduri, yang bertempat di Aula Makam Umum Dusun Banjarsari, tepatnya di kompleks makam Eyang Tumenggung Soekarto Widjoyono (Mbah Sentono).
Acara ini memasuki periode 14 dan merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh warga dan jamaah sebagai bentuk penghormatan kepada para pendahulu serta ikhtiar spiritual untuk keberkahan dan keselamatan bersama. Kegiatan diawali dengan pembacaan khotmil Qur’an, dilanjutkan dengan doa bersama, dan ditutup dengan kenduri bersama seluruh peserta.
Diharapkan melalui kegiatan ini, nilai-nilai keagamaan dan tradisi luhur dapat terus terjaga dan diwariskan kepada generasi muda.
Dalam kegiatan ini, K.H. Mathori Hasan dalam tausiahnya mengajak seluruh hadirin untuk menjadikan bulan Suro sebagai momentum introspeksi diri, memperbanyak amal ibadah, serta menjaga kerukunan antarwarga. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga tradisi baik seperti khotmil Qur’an dan kenduri sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur serta sarana mempererat tali persaudaraan.
“Suro bukan sekadar peralihan tahun dalam kalender Hijriyah, tapi juga saat yang tepat untuk memperkuat tekad menuju kehidupan yang lebih baik, lahir dan batin,” ungkap beliau dalam tausiahnya.
Selain itu, K.H. Mathori Hasan dalam tausiahnya juga mengangkat tema keteladanan Nabi Nuh AS, yang sangat relevan dengan semangat bulan Muharram.
“Nabi Nuh adalah simbol kesabaran yang luar biasa. Selama ratusan tahun beliau berdakwah, menghadapi penolakan, hinaan, bahkan cercaan dari kaumnya. Namun beliau tetap istiqomah dalam tugasnya menyampaikan ajaran Allah,” tutur beliau.
Beliau juga mengisahkan bagaimana Nabi Nuh membangun kapal atas perintah Allah SWT, meskipun saat itu belum ada tanda-tanda banjir besar. Keimanan dan kepatuhannya menjadi pelajaran penting bagi umat Islam untuk tetap yakin pada janji Allah, meski logika manusia kadang tak bisa menjangkaunya.
“Kita sebagai umat akhir zaman harus belajar dari Nabi Nuh. Di tengah zaman yang penuh fitnah, kemaksiatan, dan ujian lahir batin, kita butuh sabar, istiqomah, dan tetap taat kepada Allah,” lanjut beliau.
K.H. Mathori Hasan menutup tausiahnya dengan ajakan untuk menjadikan bulan Suro sebagai momentum memperbaiki diri, mempererat ukhuwah, serta melestarikan tradisi-tradisi baik seperti khotmil Qur’an dan kenduri sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada para leluhur.
Hadi Purwanto, S.T., S.H., M.H. di akhir acara mengatakan, semoga khotmil quran di makam umum Dusun Banjarsari bisa terus lestari.
Mari sama-sama menjaga aset makam umum Dusun Banjarsari dan terus mengadakan kegiatan positif di makam umum Dusun Banjarsari, pesan Hadi Purwanto.(klik3)