
Lumajang, Siagakota.net- Tragedi berdarah terjadi pada 11 Januari 1949, saat Pasukan Merah Putih melakukan perlawanan keras terhadap kedudukan Markas Pasukan Belanda di Pasirian.
Atas komando dari Batalyon Ketunggeng, tanggal 11 Januari 1949 disepakati untuk melakukan serangan umum Pasirian. Serangan direncanakan pada tanggal 11 Januari 1949, hari Selasa Wage Jam 16.00. yang dilakukan serentak dari berbagai penjuru oleh 4 peleton dan 3 kompi serta bantuan dari Detasemen CPM (Corp Polisi Militer) 613.
Peleton Abdul Jalal dari Kompi Kyai Ilyas menyerang dari arah barat. Peleton Harsudoyo dari Kompi Slamet Wardoyo dari arah barat daya. Peleton Maksum dari Kompi Soekertijo menyerang dari arah selatan. Sedangkan pasukan CPM , pimpinan Amir Supardi dari arah timur.
Sayangnya terjadi kesalahan komando dalam perencanaan serangan umum Pasirian. Pesan yang diterima oleh Peleton Kyai Abdul Jalal adalah jam 06.00. Padahal sesuai komando Batalyon, waktu penyerangan adalah jam 16.00 sore. Kondisi ini, tentu saja berdampak pada kekuatan pasukan dalam penyerbuan di Markas Belanda karena waktu penyerangan yang tidak sama.
Yang paling naas, adalah gerakan pasukan CPM yang melakukan penyerangan sore hari, tepatnya jam 16.00 WIB. Gerakan pasukan ini, sebelumnya telah diketahui Belanda, sehingga mereka menambah pasukan dalam jumlah yang cukup besar.
Pertempuran pasukan CPM ini diawali dari arah Ampung Joho. Tetapi tiba-tiba muncul gerbong kereta api pengangkut tebu yang ternyata berisi penuh tentara Belanda yang sudah siap menyerang.
Pasukan CPM yang saat itu berada dekat gerbong, terpaksa menghadapi serangan mendadak pasukan Belanda itu dengan persenjataan yang kurang memadahi.
Bentrokan senjata tidak seimbang inipun akhirnya terjadi, hingga jam 18.00.
Karena sama-sama kehabisan amunisi, pergulatan satu lawan satu akhirnya terjadi, hingga ke daerah persawahan.

Dalam insiden ini, 27 anggota CPM gugur. Sedangkan dipihak Belanda, korban diperkirakan mencapai 49 orang. Karena kekuatan pasukan Belanda terus bertambah, pasukan CPM, dibawah Komando Amir Supardi akhirnya bergerak mundur, menuju pos semula di Desa Jokarto. Tetapi keesokan harinya, pasukan ini kembali diserang tentara Belanda. Dalam aksi penyerangan ini, satu orang tentara CPM, yakni Sersan Mayor Subari gugur tertembak sehingga anggota CPM yang gugur pada saat serangkaian “Serangan Umum” di Pasirian mencapai 28 orang. Sementara itu, Komandan CPM Letnan Satu Amir Supardi beserta sisa anggotanya yang ikut bergulat dalam pertempuran itu berhasil menyelamatkan diri.
Di Monumen inilah, 28 anggota CPM gugur sebagai Pahlawan Kusuma Bangsa.(klik6)