
Surabaya, Siagakota.net- Kampung Tambak Bayan adalah saksi bisu perjalanan panjang komunitas Tionghoa di Surabaya. Kampung pecinan tertua di Surabaya ini Terletak di RT 2 RW 2, Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan, memang memiliki daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang mampir ke sana.
Dalam perayaan tahun baru Imlek 2025 kali ini, Kampung tua paling bersejarah di Surabaya mempersiapkan dengan menggali memori masa lalu melalui pameran benda bersejarah peninggalan leluhur yang penuh makna.
Masyarakat Tionghoa di Kampung Tambak Bayan, Bubutan, semakin semangat dalam menyambut datangnya Tahun Baru Imlek besok.
Dari pantauan media Siagakota.net, Puluhan lampu lampion menghiasi setiap sudut permukiman, menambah kemeriahan suasana.
Tak hanya lampion, berbagai pernak-pernik bernuansa Imlek juga menghiasi setiap rumah, seperti stiker baby ular kayu, simbol yang mewakili shio tahun 2025.
Setiap sudut Kampung Tambak Bayan memiliki cerita tersendiri. Menjelaskan bagaimana sejarah budaya etnis Tionghoa berkembang di sini.

Lim Kem Hu atau yang akrab disapa Gepeng mengungkapkan, “Pameran ini ingin mengembalikan memori warga tentang keberadaan kami di Kampung Pecinan ini,” ungkap Gepeng salah satu warga senior di Tambak Bayan.
Gepeng menjelaskan,bahwa warga sangat antusias mengumpulkan barang-barang bersejarah, mulai dari peralatan dapur, kursi tua, hingga strongking zaman dahulu.
“Pentingnya melestarikan warisan budaya. Ini untuk generasi muda, agar mereka tahu dan mengenal akar budaya leluhur mereka di Tambak Bayan,” tutur Gepeng.
Gepeng menambahkan Selain kegiatan pameran, di Tambak Bayan sendiri juga ada tradisi doa tutup tahun dan awal tahun sebelum perayaan tahun baru imlek mendoakan anak cucu agar diberkahi kemakmuran, imbuhnya.

Boen Hai, salah satu warga Tambak Bayan mengatakan, menjelaskan bahwa Imlek adalah momen untuk saling memaafkan dan berbagi rezeki. “Tradisi membagi angpao bukan sekadar memberi uang, tapi mendoakan anak cucu agar diberkahi kemakmuran,” paparnya.(klik3/4)