
Sidoarjo, Siagakota.net- Tragedi OTT dua Kades aktif di Tulangan dan mantan Kades yang tersangkut dugaan jual beli jabatan beberapa waktu lalu menyisakan cerita pilu dari beberapa peserta seleksi calon perangkat desa.
Pasalnya, beberapa peserta seleksi perangkat desa, salah satunya Desa Kemantren, Kecamatan Tulangan, menyampaikan kekecewaannya atas hasil tes yang dinilai tidak transparan dan memunculkan banyak tanda tanya.
Salah satu Peserta berinisial MTF di hadapan awak media mengaku merasa dirugikan setelah hasil akhir seleksi berbeda dengan data awal yang ia peroleh saat live score diumumkan.
“Yang membuat saya kecewa, awalnya saat live score saya unggul. Tapi, saat pengumuman Berita Acara (BA), nilai saya justru tertinggal dari peserta lain. Padahal saya sempat diberi ucapan selamat atas capaian tersebut dan ini seperti saya diprank,” ujar MTF. Rabu (16/7/25).
Ia menegaskan, bahwa kekecewaannya bukan semata karena tidak lolos, melainkan karena proses yang dianggap tidak fair dan cenderung tertutup.
“Saya merasa kurang puas bukan karena saya kalah lalu tidak terima, tapi karena yang awalnya dinyatakan lolos, tiba-tiba saat keluar BA menjadi tidak lolos. Panitia penjaringan di desa pun tidak bisa menjelaskan secara rinci bagaimana sistem penilaiannya. Tidak lama setelah pengumuman itu, malah muncul insiden OTT terkait jual beli jabatan perangkat desa di Kecamatan Tulangan. Hal ini makin menguatkan kecurigaan saya,” jelasnya.
“Saya dan teman-teman awalnya yakin proses ini bersih. Tapi setelah melihat kenyataan adanya OTT yang sudah dirilis Polresta Sidoarjo, kami merasa kecewa. Kami sudah keluar uang untuk pendaftaran, mengurus berbagai surat penting, bahkan sampai izin kerja. Waktu dan tenaga kami pun terbuang sia-sia,” keluhnya.
Ia pun memberikan harapan dan saran atas kejadian ini, di antaranya pembatalan dan pencabutan hasil tes perangkat desa di 10 desa se-Kecamatan Tulangan, dan pelaksanaan tes ulang terhadap seluruh peserta secara terbuka dan adil.
“Saya berharap ke depan tidak ada lagi praktik jual beli jabatan. Proses seleksi harus bersih dari KKN. Tes ulang sangat penting agar hasilnya bisa benar-benar fair dan mengembalikan marwah yang telah tercoreng akibat ulah oknum. Ini juga menyangkut kepercayaan masyarakat, khususnya warga Kecamatan Tulangan dan masyarakat Kabupaten Sidoarjo secara umum,” pungkasnya.
Senada, Febry, calon perangkat desa lainnya, juga mengungkapkan kekecewaannya. “Tes belum selesai, tapi panitia sudah tahu siapa yang bakal jadi. Bahkan sempat menyampaikan ucapan selamat pada salah satu peserta perempuan yang katanya nilainya tinggi,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, “Perasaan saya waktu itu jengkel. Tes masih berlangsung, tapi panitia seolah sudah tahu siapa pemenangnya. Saya berharap ada pengulangan tes, karena saya merasa tidak ada kejujuran dalam seleksi kali ini,” tegas Febry.
Lebih lanjut, Febry berharap proses seleksi perangkat desa ke depan lebih transparan dan adil. “Semoga ke depan seleksi benar-benar bersih. Jangan sampai terulang dan muncul istilah-istilah seperti NPWP, ‘nomor piro wani piro’,” harapnya.(klik3)