
Jakarta, Siagakota.net- Jangan membagikan data medis dan data pribadi lainnya di platform AI (artificial intelligence atau kecerdasan buatan) karena informasi tersebut berisiko bocor ke pihak-pihak lain. “Membagikan data-data penting dapat menimbulkan risiko kebocoran informasi hingga penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Tangerang, Mugiya Wardhany, Kamis (9/11/2025).
Hal tersebut dikarenakan penggunaan AI semakin meningkat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang memanfaatkan AI untuk mendukung pekerjaan, pendidikan, dan aktivitas pribadi.
Ada beberapa jenis data yang sebaiknya tidak kamu tuliskan atau bagikan ke platform AI, antara lain:
Data pribadi, misalnya KTP, Kartu Keluarga, nomor telepon, dan alamat lengkap
. Data medis, misalnya hasil pemeriksaan kesehatan termasuk foto, riwayat penyakit, atau informasi resep dokter
. Data login, misalnya username, password, atau kode OTP
. Informasi rahasia perusahaan atau pekerjaan
. Data lokasi spesifik, seperti titik koordinat rumah atau kantor
. Konten pribadi yang sensitif atau emosional, misalnya masalah keluarga atau hubungan pribadi
Data-data tersebut sangat rentan disalahgunakan jika jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab. Sekali tersebar, kamu sulit mengendalikan siapa saja yang bisa mengakses atau menggunakan informasi itu.
Pernah membagikan hasil pemeriksaan medis ke platform AI untuk bertanya dengan chatbot? Hasil pemeriksaan medis yang dalam hal ini beragam, salah satunya foto hasil rontgen. Dilansir dari Tech Crunch, model AI generatif kerap dilatih menggunakan data yang mereka terima, dengan asumsi bahwa data yang diunggah membantu meningkatkan informasi dan akurasi output model.
Namun, bagaimana dan untuk tujuan apa data yang diunggah digunakan, atau dengan siapa data tersebut dibagikan tidak selalu jelas. Tidak hanya itu, perusahaan AI pun bisa mengubah kebijakan mereka.
Tak sedikit orang yang menemukan data medis pribadi mereka dalam dataset pelatihan AI. Hal tersebut berarti orang lain juga bisa melakukannya, termasuk penyedia layanan kesehatan, calon pemberi kerja pada masa depan, atau lembaga pemerintah.
Selain itu, jika data medis bocor, hal itu bisa disalahgunakan oleh pihak lain untuk kepentingan tertentu, bahkan bisa pula dijadikan bahan penipuan yang menyasar kelemahan korban.
Mugiya Wardhany mengatakan, masyarakat tetap bisa memanfaatkan AI untuk hal-hal positif. Misalnya mencari referensi belajar, menulis, atau mendukung pekerjaan administratif.
Namun, gunakanlah AI dengan penuh kesadaran. Pilihlah informasi yang aman untuk dibagikan dan tahan diri untuk tidak menuliskan data pribadi yang bisa merugikanmu. Keamanan data pribadi adalah tanggung jawab bersama, baik pengguna maupun penyedia layanan. Jika kamu lebih bijak, risiko kebocoran data bisa ditekan.(Klik9)