
Pasuruan, Siagakota.net- Tanggal 28 Juli memiliki makna yang cukup penting bagi warga dunia. Sebab, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Konservasi Alam Sedunia.
Sebagai manusia yang tinggal berdampingan dengan alam, sudah semestinya kita terlibat aktif dalam konservasi lingkungan untuk kebaikan bersama. Tanggung jawab itu bersifat kolektif. Meliputi pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat.
Kegiatan manusia yang dampaknya merusak alam seringkali terjadi. Baik yang sengaja maupun tanpa sengaja. Meski sudah terdapat regulasi khusus, banyak sekali tantangan untuk menegakkan perlindungan terhadap alam.
Bahkan, di Indonesia sering ada kontroversi terkait perlindungan alam. Maka, peringatan Hari Konservasi Alam Sedunia bisa menjadi momentum untuk menggerakkan masyarakat agar lebih aktif dalam beragam kegiatan menjaga lingkungan.
Apa tujuan di balik peringatan Hari Konservasi Alam Sedunia yang jatuh pada Senin, 28 Juli 2025? Bagaimana tantangan konservasi alam di Indonesia sendiri? Simak artikel berikut ini.
1. Sejarah Hari Konservasi Alam Sedunia pada Tanggal 28 Juli 2025
Sejarah Hari Konservasi Alam Sedunia pada tanggal 28 Juli 2025 sangat berkaitan langsung dengan pelestarian lingkungan. Mengutip dari National Today, kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia seringkali berpotensi merusak alam.
Mulai dari yang ringan-ringan, seperti membuang sampah rumah tangga di kali, penggunaan botol plastik sekali pakai, dan membuang makanna. Sampai yang berskala industri, seperti pembalakkan hutan, overfishing, dan aktivitas pertambangan, hingga reklamasi ilegal.
Akibatnya tak hanya dirasakan oleh hewan dan tumbuhan. Manusia pun turut dirugikan oleh kegiatan itu. Dampak paling parah adalah sumber daya alam yang rusak. Sehingga anak cucu tak bisa menikmatinya.
Bahkan, terjadi ketidakseimbangan ekosistem lingkungan, musnahnya flora dan fauna, serta bencana alam. Tak sedikit contoh terjadinya banjir bandang akibat hutan mangrove dibabat. Atau kejadian tanah longsor akibat tandus.
Bermula dari permasalahan itu, The International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengambil posisi penting dalam bidang kajian aktivitas manusia dan dampaknya untuk lingkungan.
Pada dekade 1970-an, kegiatan IUCN kemudian tertuju pada kegiatan proteksi spesies flora dan fauna, termasuk habitatnya.
Selanjutnya, persis enam tahun lalu, IUCN meluncurkan Daftar Merah Spesies Terancam (Red List of Threatened Species), yang kini berfungsi sebagai sumber data paling komplet tentang kepunahan hewan dan tumbuhan secara global.
IUCN memperkenalkan konsep “solusi berbasis alam” sebagai upaya untuk menghadapi tantangan lingkungan, perubahan iklim, dan juga untuk mengurangi kemiskinan.
Maka, peringatan Hari Konservasi Alam Sedunia pada 28 Juli 2025 bertujuan agar semua orang dapat menyadari pentingnya menjaga lingkungan, flora, dan fauna di planet bumi.
2. Kontroversi dan Tantangan Konservasi Alam di Indonesia
Indonesia pun pernah mengalami kontroversi dan tantangan dalam mengupayakan konservasi alam. Salah satu contohnya yang baru-baru ini terjadi adalah kasus ftambang nikel di Pulau Gag, kawasan Raja Ampat.
Masalah itu sempat menjadi sorotan internasional. Karena Raja Ampat adalah salah satu lambang keanekaragaman laut Indonesia yang begitu besar, serta menyimpan 500 lebih spesies karang dan ikan.
Saking indahnya, ia disebut sebagai kepingan surga yang jatuh ke bumi. Dan menjadi primadona di kalangan wisatawan asing. Sayang sekali, jika alamnya harus rusak hanya demi kepentingan segelintir pengusaha.
Dr Nimmi Zulbainarni, akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengungkapkan bahwa Raja Ampat seharusnya tidak dipandang sebagai pulau-pulau kecil dengan peluang pertambangan yang besar. Tetapi, sebagai ekosistem yang punya banyak nilai berharga.
“Kegiatan pertambangan seharusnya tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan,” kata Dr Nimmi.
“Kerusakan akibat pertambangan dapat menimbulkan kerugian dalam jumlah besar, seperti kerugian produksi nelayan, butuh biaya pemulihan terumbu karang, sampai menurunkan kelayakan hidup masyarakat pesisir,” lanjutnya.
Pemerintah telah menarik izin usaha pertambangan nikel di Pulau Gag. Namun, pekerjaan rumah belum selesai. Masih banyak kontroversi serupa, yang harus menjadi perhatian kita semua.
3. Cara Memperingati Hari Konservasi Alam Sedunia
Lalu bagaimana kita, warga negara biasa ini, turut memperingati Hari Konservasi Alam Sdunia? Apa yang bisa kita lakukan?
Banyak. Meski bukan pemerintah, kita bisa memeriahkan momentum itu dengan mendukung pelestarian lingkungan dengan berbagai cara simpel. Misalnya berdonasi, mengedukasi diri tentang berbagai isu lingkungan, dan mendukung petisi lingkungan.
Selain itu, kita bisa juga dengan menjadi relawan lingkungan dalam perayaan Hari Konservasi Alam Sedunia pada tanggal 28 Juli 2025 untuk membuat lingkungan yang lebih baik. Sebab, segala perubahan dan kesadaran bermula pada diri kita sendiri. (Klik4)